Minggu, 26 Desember 2010

Aklak Terpuji Manusia

1. Akhlak Terhadap Diri Sendiri
2. [keluarga-islam] Akhlak Kepada Orang Tua dan Kerabat]
3. Aklak sesama muslim
4. aklak terhadap tetangga
5. aklak terhadap flora
6.aklak terhadap fauna


Akhlak Terhadap Diri Sendiri

Yang dimaksud dengan akhlak terhadap diri sendiri adalah sikap seseorang terhadap diri pribadinya baik itu jasmani sifatnya atau ruhani. Kita harus adil dalam memperlakukan diri kita, dan jangan pernah memaksa diri kita untuk melakukan sesuatu yang tidak baik atau bahkan membahayakan jiwa.


Sesuatu yang membahayakan jiwa bisa bersifat fisik atau psikis. Misalnya kita melakukan hal-hal yang bisa membuat tubuh kita menderita. Seperti; terlalu banyak bergadang, sehingga daya tahan tubuh berkurang, merokok, yang dapat menyebabkan paru-paru kita rusak, mengkonsumsi obat terlarang dan minuman keras yang dapat membahyakan jantung dan otak kita. Untuk itu kita harus bisa bersikap atau beraklak baik terhadap tubuh kita.
Selain itu sesuatu yang dapat membahayakan diri kita itu bisa bersifat psikis. Misalkan iri, dengki , munafik dan lain sebagainya. Hal itu semua dapat membahayakan jiwa kita (red- bukan nyawa) semua itu merupaan penyakit hati yang harus kita hindari. Hati yang berpenyakit seperti iri dengki munafiq dan lain sebagainya akan sulit sekali menerima kebenaran, karena hati tidak hanya menjadi tempat kebenaran, dan iman, tetapi hati juga bisa berubah menjadi tempat kejahatan dan kekufuran.
Untuk menghindari hal tersebut di atas maka kita dituntut untuk mengenali berbagai macam penyakit hati yang dapat merubah hati kita, yang tadinya merupakan tempat kebaikan dan keimanan menjadi tempat keburukan dan kekufuran.
Seperti yang telah dikatakan bahwa diantara penyakit hati adalah iri dengki dan munafik. Maka kita harus mengenali penyakit hati tersebut.
  • Dengki. Orang pendeki adalah orang yang paling rugi. Ia tidak mendapatkan apapun dari sifat buruknya itu. Bahkan pahala kebaikan yang dimilikinya akan terhapus. Islam tidak membenarkan kedengkian. Rasulullah bersabda: "Abu Hurairah r.a. meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw. Bersabda, "hati-hatilah pada kedengkian kaerena kedengkian menghapuskan kebajikan, seperti api yang melahap minyak." (H.R. Abu Dawud)
  • Munafiq. Orang munafiq adalah orang yang berpura-pura atau ingkar. Apa yang mereka ucapkan tidak sama dengan apa yang ada di hati dan tindakannya. Adapun tanda-tanda orang munafiq ada tiga. Hal ini dijelaskan dalam hadits, yaitu:

عن أبى هريرة رضي الله عنه قال: قال رسول االله صلعم. " أيات المنافقين ثلاث, إذا حدث كذب وإذا وعد أخلف, وإذا اؤتمن خان
Dari Abu hurairoh r.a. Rasulullah berkata: " tanda-tanda orang munafiq ada tiga, jika ia berbicara ia berdusta, jika berjanji ia mengingkari, dan jika diberi amanat ia berkhianat." (H.R. Bukhari, Muslim, Tirmidzi dan an-Nisa'i)

[keluarga-islam] Akhlak Kepada Orang Tua dan Kerabat

Al Qur'an secara tegas mewajibkan manusia untuk berbakti kepada kedua 
orang tuanya (Q/17:23). Berbakti kepada kedua orang tua (birrul 
walidain) merupakan alkhoir, yakni nilai kebaikan yang secara 
universal diwajibkan oleh Tuhan. Artinya nilai kebaikan berbakti 
kepada orang tua itu berlaku sepanjang zaman dan pada seluruh lapisan 
masyarakat. Akan tetapi bagaimana caranya berbakti sudah termasuk 
kategori al ma'ruf, yakni nilai kebaikan yang secara sosial diakui 
oleh masyarakat pada suatu zaman dan suatu lingkungan. 

Dalam hal ini al Qur 'anpun memberi batasan, misalnya seperti yang 
disebutkan dalam surat al Isra, bahwa seorang anak tidak boleh 
berkata kasar apalagi menghardik kepada kedua orang tuanya(Q/17:23). 
Seorang anak juga harus menunjukkan sikap berterima kasihnya kepada 
kedua orang tua yang menjadi sebab kehadirannya di muka bumi. Di mata 
Tuhan sikap terima kasih anak kepada orang tuanya dipandang sangat 
penting, sampai perintah itu disampaikan senafas dengan perintah 
bersyukur kepadaNya (anisykur li wa liwa lidaika (Q/31:14)). Meski 
demikian, kepatuhan seorang anak kepada orang tua dibatasi dengan 
kepatuhannya kepada Tuhan. Jika orang tua menyuruh anaknya.

melakukan hal-hal yang bertentangan dengan perintah Tuhan, maka sang 
anak dilarang mematuhi perintah orang tua tersebut, seraya tetap 
harus menghormatinya secara patut (ma'ruf) sebagai orang tua (Q/ 
31:15). Seorang anak, oleh Nabi juga dilarang berperkara secara 
terbuka dengan orang tuanya di forum pengadilan, karena hubungan 
anak —orang tua bukan semata-mata hubungan hukum yang mengandung 
dimensi kontrak sosial melainkan hubungan darah yang bernilai sakral.

Sementara itu orang tua harus adil dalam memberikan kasih sayangnya 
kepada anak-anaknya. Diantara kewajiban orang tua kepada anak-anaknya 
adalah; memberi nama yang baik, menafkahi, mendidik mereka dengan 
agama (akhlak kehidupan) dan menikahkan jika sudah tiba waktunya.

Adapun jika orang tua sudah meninggal, maka kewajiban anak kepada 
orang tua adalah (a) melaksanakan wasiatnya, (b) menjaga nama 
baiknya, (c) meneruskan cita-citanya, (d) meneruskan silaturahmi 
dengan handai tolannya, (e) memohonkan ampun kepada Tuhan.
Dalam hubungan dengan kerabat, secara umum semangat hubungan baiknya 
sejalan dengan semangat keharusan berbakti kepada orang tua. Paman, 
bibi, mertua dan seterusnya harus dideretkan dalam deretan orang tua, 
saudara misan yang muda dan seterusnya dideretkan pada saudara muda 
atau adik, yang tua dideretkan kepada kakak. Secara spesifik kerabat 
harus didahulukan dibanding yang lain, misalnya jika seseorang 
mengeluarkan zakat, kemudian diantara kerabatnya ada orang miskin 
yang layak menerima zakat itu, maka ia harus didahulukan dibanding 
orang miskin yang bukan kerabat. Semangat etik hubungan kekerabatan 
diungkapkan oleh Rasulullah dengan kalimat menghormati kepada yang 
lebih tua dan menyayangi kepada yang lebih muda. (laisa minna man lam 
yuwagir kabirana wa lam yarham soghirana).

Akhlak Sesama Muslim

Akhlak Kepada Sesama Muslim
PENGHUNI SURGA

Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dengan sanad hasan dan oleh Nasa’i dari Anas bin Malik r.a. :
Ketika kami duduk-duduk bersama Rasulullah saw., bersabdalah beliau, “Atas dirimu semua kini datang seorang dari penghuni surga. Waktu itu muncul seorang Anshar dengan jenggot sedikit basah bekas air wudhu, sambil menjinjing kedua sandalnya dengan tangan kirinya. Esok harinya Nabi saw. kembali berkata demikian, dan muncul pula orang tersebut seperti saat pertama ia muncul. Ketika pada hari ketiga Nabi berkata seperti itu lagi, muncul pula lelaki itu seperti sebelumnya.
Tatkala Nabi saw. berdiri, Abdullah bin Amru bin Ash segera mengikuti lelaki itu dan berkata kepadanya,” Sesungguhnya saya telah bertengkar dengan bapak saya dan bersumpah tidak akan mendatanginya selama tiga hari. Seandainya akhi (saudara) mengizinkan saya tinggal di rumah akhi selama tiga hari itu, niscaya aku akan ikut akhi pulang.”Lelaki itu menjawab,” ya, silakan.” Kemudian Abdullah menceritakan bahwa selama tiga hari tinggal bersamanya, tak sekalipun ia melihat lelaki itu melakukan shalat malam, kecuali setiap lelaki itu berbalik dalam tidurnya dia menyebut nama Allah dan bertakbir hingga terbangun untuk melakukan shalat shubuh. Abdullah menambahkan, “Hanya saja saya tidak mendengarnya berkata selain dengan perkataan yang baik. Lewatlah sudah tiga malam, dan saya pun hampir meremehkan amalnya.
Kemudian kukatakan kepadanya, “Wahai hamba Allah, sebenarnya tidak pernah terjadi pertengkaran antara aku dan bapakku, tetapi aku pernah mendengar Rasulullah saw mengatakan tentangmu tiga kali dengan ucapan, ‘sekarang akan muncul seorang lelaki dari penghuni surga’, selama tiga kali itu pula kau muncul, karena itu aku berusaha menginap di rumahmu untuk melihat apa yang engkau lakukan sehingga saya bisa mencontohmu, namun aku tidak melihatmu mengerjakan amalan yang besar, lalu apa sebabnya engkau bisa mencapai derajat seperti yang dikatakan Rasulullah tersebut?” laki-laki itu menjawab, “Tidak ada yang saya kerjakan selain apa yang telah kauperhatikan.”
Kata Abdullah, ketika dia berpaling meninggalkannya, lelaki itu memanggilnya seraya berkata, “Tidak ada yang saya kerjakan selain apa yang telah kauperhatikan, tetapi tidak tersimpan sedikitpun dalam hatiku keinginan untuk menipu seorangpun dari kaum muslimin atau menaruh dengki padanya atas kebaikan yang dikaruniakan Allah kepadanya. Kemudian Abdullah berkata, “Inikah yang telah mengangkat derajatmu setinggi itu?!”
MATERI

Materi ini menekankan akhlak terhadap sesama muslim, yaitu memenuhi hak dan adab kaum muslimin. Menunaikan hak dan adab sesama muslim merupakan ibadah kepada Allah dan sebagai cara mendekatkan diri kepada-Nya, karena hak dan kewajiban tersebut telah diwajibkan Allah kepada kaum muslimin.

Dengan mengetahui Akhlak terhadap sesama muslim maka akan terbentuklah pribadi-pribadi yang mempunyai sifat matinul khuluq ( 3 : 11,12,13,16,17)

Pentingnya akhlak Islami
Akhlak ialah salah satu faktor yang menentukan derajat ke-islaman dan keimanan seseorang. Akhlak yang baik adalah cerminan baiknya akidah dan syariah yang diyakini seseorang. Buruknya akhlak merupakan indikasi buruknya pemahaman seseorang terhadap akidah dan syariah.” Paling sempurna orang mukmin imannya adalah yang paling luhur akidahnya.”(H.R. Tirmidzi)
“Sesungguhnya kekejian dan perbuatan keji itu sedikitpun bukan dari Islam dan sesungguhnya sebaik-baik keislaman manusia adalah yang paling baik akhlaknya.” (H.R. Thabrani, Ahmad dan Abu Ya’la)
“Hai Abu Dzar, maukah kutunjukkan dua perkara yang sangat ringan dipikul dan lebih berat timbangan daripada perkara-perkara lainnya?”Abu Dzar menjawab,”Mau ya Rasulullah.” Rasulullah berkata,”Engkau harus berakhlak luhur dan banyak berdiam mulut (tidak banyak bicara). Maka demi Allah yang jiwaku berada pada kekuasaan-Nya, tidak ada yang lebih indah dari manusia-manusia ciptaan-Nya daripada mereka yang mengerjakan kedua perkara tersebut.”(H.R. Tabrani dan Abu Ya’la)
Akhlak adalah buah ibadah.
“Sesungguhnya shalat itu mencegah orang melakukan perbuatan keji dan mungkar.” (Q.S. 29:45)

Keluhuran akhlak merupakan amal terberat hamba di akhirat.
“Tidak ada yang lebih berat timbangan seorang hamba pada hari kiamat melebihi keluhuran akhlaknya.”(H.R. Abu Daud dan At Tirmizi)
Akhlak merupakan lambang kualitas seorang manusia, masyarakat, umat karena itulah akhlak pulalah yang menentukan eksistensi seoran muslim sebagai makhluk Allah swt.
“Sesungguhnya termasuk insan pilihan diantara kalian adalah yang terbaik akhlaknya.”(Muttafaq’alaih)
“Seburuk-buruk umatku adalah orang yang banyak omong, bermulut besar dan berlagak pandai. Dan sebaik-baik umatku adalah mereka yang paling baik akhlaknya.”(H.R. Bukhari)

Adapun akhlak yang berhubungan dengan sesama muslim diajarkan oleh syariat Islam sebagai berikut:
Memenuhi janji ( al Isra : 34, an Nahl : 91, Al Maidah :1, As Shaff : 2-3)
Menghubungkan tali persaudaraan (An Nisa : 36, )
Dari Anas ra. bahwa Rasulullah bersabda: “Siapa yang ingin dilapangkan untuknya rizkinya dan diakhirkan untuknya dalam ajalnya maka hendaklah menyambung tali silaturahimnya.” ( HR.Bukhari-Muslim)
Dari ‘Aisyah ra. dia berkata “Rahim itu digantung diatas ‘Arsy, dia berkata: “Siapa yang menyambungku maka Allah akan menyambungnya dan siapa yang memutusku maka Allah akan memutusnya.” (HR.Bukhari-Muslim)
Waspada dan menjaga keselamatan bersama (Al Maidah : 2, Al Asr:1-3)
Berlomba mencapai kebaikan (Al Baqoroh: 148, Ali Imron : 133)
Bersikap adil (an Nahl : 90, Al Hujurut : 9)
Tidak boleh mencela dan menghina (Al Hujurat : 11, Al Humazah : 1 )
Dari Abu Hurairah ra, sesungguhnya Rasulullah berkata:”Cukuplah kejelekan seseorang jika menghina saudaranya sesama.” (HR.Muslim)
Tidak bolaeh bermarahan (Al Qalam : 4, Ali ‘Imron : 134)
Menjaga rahasia (Al Isra : 34)
Mengutamakan orang lain (Al Hasyr : 9, Al Insan : 8)
Saling memberi hadiah.
“ Hendaklah kalian saling memberi hadiah pasti kalian saling mencintai.” (HR.Al Baihaqi)

Adab Muslim Dalam Berbicara

Kesanggupan menjelaskan apa yang terkandung di dalam pikiran dan perasaan, merupakan nikmat terbesar yang dilimpahkan Allah SWT kepada manusia. (Ar Rahman : 1-4).
Mengenai pembicaraan Islam amat mewanti-wanti supaya dijaga baik-baik. Demikian dengan cara berbicara. Sebab pembicaraan yang keluar dari mulut seseorang menunjukkan apa yang ada dipikirannya dan menunjukkan tabiat serta perangainya.
Abdullah bin Abbas r.a mengatakan : ”Ada lima perkara yang lebih baik bagi mereka daripada kuda gersit yang dibiarkan diam,
Pertama, janganlah engkau berbicara tentang sesuatu yang tidak mengenai dirimu, karena itu adalah pembicaraan berlebihan yang tidak perlu, dan aku tidak akan menjamin engkau akan selamat dari dosa.........!
Kedua, janganlah engkau berbicara tentang sesuatu sebelum engkau mengetahui saatnya yang tepat, sebab mungkin sekali orang berbicara tentang sesuatu yang penting baginya, tetapi karena dilakukan di waktu yang tidak tepat maka akan menimbulkan hal-hal yang memalukan.
Ketiga, janganlah engkau berdebat dengan orang yang sabar dan bijaksana atau dengan orang yang berperangai buruk, sebab orang yang sabar tidak akan menghiraukanmu dan orang yang berperangai buruk akan menyakiti hatimu
Keempat, ceritakanlah saudaramu yang tidak hadir dengan apa yang ingin diceritakan olehnya, dan maafkanlah dia seperti engkau sendiri ingin memaafkannya.
Kelima, bertaubatlah kalian seperti orang-orang yang benar-benar sadar bahwa perbuatan itu akan mendatangkan kebajikan dan tidak akan mendatangkan dosa atau kesalahan.”

Menjauhkan diri dari omong kosong termasuk cara untuk memperoleh keberuntungan dan tanda-tanda kesempurnaan perangai seseorang. Oleh Al Quran hal itu disebutkan diantara dua kewajiban pokok yang diperintah Islam yakni shalat dan zakat (Al Mu’minuun: 1-4). Bila orang hendak berbicara, hendaknya berbicara yang baik dan hendaknya membiasakan lidahnya mengucapkan kata-kata yang baik. Mengungkapkan isi hati dengan cara yang baik merupakan tata krama yang sangat tinggi. Hal ini telah ditetapkan Allah bagi setiap orang yang beragama. Allah berfirman dalam Al Baqoroh : 63.

Adab Muslim Dalam Penglihatan
“Tiga mata yang tidak akan dijilat api neraka: mata terpejam akan melihat hal-hal yang diharamkan oleh Allah, mata yang terjaga djalan Allah(ribath), dan mata yang menangis karena takut pada Allah”(QS.17:104).
“Hendaklah kalian menundukkan pandangan, dan menjaga kemaluan atau (jika kalian tidak melakukannya )niscaya \Allah akan menggelapkan wajah-wajah kalian. “(HR.Bukhari).

Adab Muslim Dalam Pendengaran
“Jika mendengar sesuatu yang tidak bermanfaat hendaklah berpaling darinya”(QS.Al Qoshash:55)

Menjaga Tangan dan Kaki
Senantiasa mendahulukan bagian yang kanan dalam berpakaian, memakai sendal, menyisir rambut, dan perbuatan baik.


Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pergaulan :

Melempar senyum,mengucapkan dan menjawab salam, menyapa “pa kabar akhi/ukhti!!”:-)
Senyum.......
Mengucapkan itu sunnah dan menjawab salam itu wajib. Barangsipa yang biasa menyebarkan salam maka akan timbul kasih sayang dan dimudahkan masuk ke surga. Rasulullah bersabda : “Kamu tidak akan masuk surga hingga kamu beriman, dan kamu tidak akan beriman hingga kamu mencintai diantara kamu. Sukakah saya tunjukkan sesuatu yang jika kamu kerjakan akan timbul saling cinta diantara kamu. Sebarkanlah salam diantara kalian.” ( HR.Muslim)
Sapa......



Berjabat tangan.
Rasulullah mengajarkan bahwa untuk lebuh menyempurnakan salam dan menguatkan tali ukhuwah Islamiyyah, sebaiknya ucapan salam diikuti dengan berjabat tangan, jika memungkinkan. Rasulullah SAW bersabda : “ Tidaklah dua orang muslim bertemu, lalu bersalaman, melainkan Allah akan mengampuni dosa-dosa keduanya sebelum mereka berpisah” ( HR. Abu Dawud dan Tarmidzi)
Anjuran untuk berjabat tangan tidak berlaku untuk pria dan wanita, keculai antara suami dan istri atau seseorang dengan mahram. Diriwayatkan dari ‘Aisyah ra, dia berkata :”Demi Allah Rasulullah tidak pernah menyentuh tangan seorang wanitapun (yang bukan mahram dan bukan pula istri beliau) bila membaiat kaum wanita beliau hanya membaiatnya dengan lisannya saja.” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah)
Lebih tegas lagi Rasulullah SAW bersabda:” Sungguh jika kepala seseorang di antara kamu ditusuk dengan jarum besi, itu lebih baik bagi dia, daripada menyentuh wanita yang tidak halal baginya.” (HR. Thabrani dan Baihaqi)
Salah satu hikmah dengan adanya larangan tersebut adalah sebagai tindakan preventif dari perbuatan yang lebih besar dosanya, yaitu perzinaan. Bersentuhan walaupun hanya sebatas tangan bisa menjadi pintu untuk memasuki kawasan yang lebih berbahaya lagi.

Khalwah.
Yang dimaksud dengan khalwah adalah berdua-duaan antara pria dan wanita yang tidak punya hubungan suami istri dan tidak pula mahram dan tanpa ada orang ketiga.
Rasulullah melarang khalwah karena munculnya syaitan sebagai pihak ketiga. Beliau bersabda “Janganlah berkhalwah dengan wanita, demi (Allah) yang diriku berada di genggaman-Nya tidaklah berkhalwah seorang laki-laki dengan seorang wanita kecuali syaitan akan masuk diantara keduanya.” (HR.Thabrani)
Allah juga memberikan peringatan khusus mengenai pandangan, yaitu dalam melihat lawan jenis, tidak melepaskan pandangan begitu saja tanpa kecuali. (An Nur : 24)

TAUSYIAH

Kita dicipta terlahir di dunia ini dididik untuk menjadi umat berakhlak. Kita selalu dituntun Allah dan RosulNya menjadi orang-orang yang mau berkorban dan memberi . Berkorban untuk memberi petunjuk pada orang lain, memberi untuk meringankan beban orang lain. Berusaha untuk menyampaikan kebaikan pada orang lain, meski harus membebani dan menyulitkan diri sendiri. Kita diajarkan untuk mau menebar kebaikan di mana saja.
Menjadi umat laksana lebah, hinggap di tempat yang paling baik dan menyebarkan yang baik dan bermanfaat. Itulah akhlak kita. Kita tidak diajarkan untuk seperti lalat, yang hinggap ditempat yang kotor, mengambil yang kotor dan menyebarkan kekotoran itu untuk merusak manusia.
Iman telah mendorong manusia untuk berbuat baik, meski secara kasat mata mungkin sia-sia bahkan bisa berupa beban dan kesulitan. Kebaikan harus diberikan pada siapa saja, kedzaliman harus dijauhkan dari siapa saja. Kita coba renungkan nikmatnya memberi tanpa mengharap balasan, berkorban tanpa meminta hadiah. Semua kebaikan hanya untuk mengharap ridho Allah SWT.
Janganlah kita mundur memberi pengorbanan untuk orang lain, jangan berhenti untuk melahirkan kebahagiaan bagi orang lain


Akhlak Kepada Tetangga

Dalam kehidupan sosial, tetangga merupakan orang yang yang secara
fisik paling dekat jaraknya dengan tempat tinggal kita. Dalam tatanan
hidup bermasyarakat, tetangga merupakan lingkaran kedua setelah rumah
tangga, sehingga corak sosial suatu lingkungan masyarakat sangat
diwarnai oleh kehidupan pertetanggaan. Pada masyarakat pedesaan,
hubungan antar tetangga sangat kuat hingga melahirkan norma sosial.
Demikian juga pada lapisan masyarakat menengah kebawah dari
masyarakat perkotaan, hubungan pertetanggaan masih sekuat masyarakat
pedesaan. Hanya pada lapisan menengah keatas, hubungan pertetanggaan
agak longgar karena pada umumnya mereka sangat individualistik.

Tradisi ke Islaman memberikan kontribusi yang cukup besar dalam
pembentukan norma-norma sosial hidup bertetangga. Adanya lembaga
salat berjamaah di masjid atau mushalla, baik harian lima waktu,
mingguan Jum''atan maupun tahunan Idul Fitri dan Idul Adha cukup
efektip dalam membentuk jaringan pertetanggan. Demikian juga tradisi
sosial keagamaan, seperti tahlilan, ratiban, akikah, syukuran,
lebaran dan sebagainya sangat efektip dalam mempertemukan antar
tetangga.

Tentang betapa besarnya makna tetangga dalam membangun komunitas
tergambar pada hadis Nabi yang memberi petunjuk agar sebelum memilih
tempat tinggal hendaknya lebih dahulu mempertimbangkan siapa yang
akan menjadi tetangganya, al jaru qablad dar, bahwa faktor tetanga
itu hams didahulukan sebelum memilih tempat tinggal.

Selanjutnya akhlak bertetangga diajarkan sebagai berikut:

(a) Melindungi rasa aman tetangga. Kata Nabi, ciri karakteristik
seorang muslim adalah, orang lain (tetangga) terbebas dari
gangguannya, baik gangguan dari kata-kata maupun dari perbuatan fisik.

(b) Menempatkan tetangga (yang miskin) dalam skala prioritas
pembagian zakat.

(c) Memberi salam jika berjumpa.

(d) Menghadiri undangannya.

(e) Menjenguk tetanggga yang sakit.

(f) Melayat atau mengantar jenazah tetangga yang meninggal dunia.
(g) berempati kepada tetangga

adapun didalam alqur''an ayat yang mneyoroti akhlak kepada tetangga, adalah surat annisaa ayat 36 , Allah Berfirman :
وَاعْبُدُواْ اللّهَ وَلاَ تُشْرِكُواْ بِهِ شَيْئاً وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَاناً وَبِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالجَنبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ إِنَّ اللّهَ لاَ يُحِبُّ مَن كَانَ مُخْتَالاً فَخُوراً Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh [294], dan teman sejawat, ibnu sabil [295] dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri,

Ayat diatas menyuruh kita untuk berbuatbaik kepada tetangga yang dekat maupun yang jauh.Ini berarti empati kita terhadap tetangga harus diutamakan. biasanya ada tetangga yang ketika ditimpa masalah ada yang mau berbagi/bercerita, ada yang tidak. Bagi yang tidak mau bercerita tentang kesusahannya, kita harus peka sehingga kita dapat menolong mereka. Salah satu cara agar kita peka terhadap kesushan tetangga adalah dengan terus menyambungkan tali silaturrahim.
Allah berfirman dalam surat Al Baqarah ayat 273, yang menyatakan bahwa :
273. (Berinfaklah) kepada orang-orang FAKIR yang terikat (oleh jihad) di jalan Allah; mereka tidak dapat (berusaha) di bumi; orang yang tidak tahu menyangka mereka orang kaya karena memelihara diri dari minta-minta. Kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang secara mendesak. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui. (QS. 2:273)
dari ayat diatas menerangkan bahwa untuk berinfak saja kita harus mendahulukan orang-orang yang fakir tapi terpelihara dari meminta-minta. Ini menjelaskan bahwa berempati dengan tetangga adalah salah satu akhlak bertetangga juga.
beberapa hadist nabi dibawah juga menyoroti bagaimana kita harusnya berperilaku terhadap tetangga :
“Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah akan masuk surga seseorang yang tetangganya tidak aman dari bahayanya”. (HR. Muslim)
“Para sahabat menyebut kepada Rasulullah SAW seorang wanita yang rajin shalat, tetapi dia suka menyakiti tetangganya. Rasulullah SAW bersabda, “Ia di neraka”
Hak tetangga yang lain ialah memperhatikan keberadaannya.
“Tidaklah beriman orang yang ia kenyang, sedangkan tetangga di sebelahnya kelaparan dan ia tahu.”
Setelah itu disusul dengan berbuat ihsan, melakukan hubungan dan kebajikan dengan tetangga.
Abu Dzarr ra. berkata: Bersabda Rasulullah saw.: Hai Abu Dzarr, jika engkau memasak kuwah, maka perbanyaklah airnya, dan perhatikan tetanggamu. (HR. Muslim)
Yaitu berikan kepada mereka selayaknya.
Abu Hurairah ra. berkata: Rasulullah saw. bersabda: Hai wanita muslimat, jangan merasa rendah kalau akan memberi hadiah pada tetangga, walau sekedar kikl (ujung kaki) kambing. (HR. Bukhari, Muslim)
Karena hadiah itu akan menimbulkan rasa kasih sayang antara satu pada yang lain, maka jangan sampai terhalang memberikan hadiah itu, karena belum dapat memberi hadiah yang besar dan berharga. Singkatnya segala apa yang pantas untuk dirinya boleh dihadiahkan kepada tetangganya.
“Sebaik-baik teman di sisi Allah ialah yang terbaik kepada temannya dan sebaik-baik tetangga di sisi Allah ialah yang terbaik kepada tetangganya” (HR. Attirmidzi)

Akhlak terhadap Flora (tumbuh-tumbuhan)

     Lingkungan hidup merupakan dukungan terhadap kehidupan dan kesejahteraan, bukan saja terhadap manusia akan tetapi juga bagi makhluk yang lain seperti tumbuh-tumbuhan. Oleh karena itu lingkungan harus tetap terjaga keserasian dan kelangsungan hidupnya sehingga secara berkesinambungan tetap dalam fungsinya sebagai pendukung kehidupan.
"Ia memancarkan daripadanya mata air dan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dan gunung-gunung dipancangkanNya dengan teguh (semua) itu untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu." (Al Nazi'at : 31-32)

Akhlak terhadap lingkungan dapat diwujudkan dalam bentuk perbuatan insan yaitu dengan menjaga keserasian dan kelestarian serta tidak merusak limgkungan hidup. usaha-usaha yang dilakukan juga harus memperhatikan masalah-masalah kelestarian lingkungan. Apa yang kita saksikan saat ini adalah bukti ketiadaan akhlak terhadap lingkungan. Sehingga akhirnya , akibatnya menimpa manusia sendiri. Banjir, tanah longsor, kebakaran, dan isu yang sering dibicarakan yaitu "global warming" sedang mengancam manusia. Allah telah Berfirman:
" Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar) (Ar Rum 41)

"Dan berbuat baiklah sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu. dan janganlh kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. " ( al Qashas : 77)

" Dan apabila ia berpaling , ia berjalan di bumi, untuk mengadakan kerusakan padanya dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan". ( Albaqarah 205)

" Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan harapan. Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepaa orang-orang yang berbuat baik." (Al A'raf : 56).


Akhlak terhadap Hewan Anda

   Di sekitar kita banyak hewan berkeliaran, entah itu kucing dengan tikusnya, burung, ikan, dan sebagainya yang kita kudu berakhlak dengan mereka. Bagaimana sih sebenarnya akhlak kita kepada hewan?
Begini, orang muslim menganggap semua hewan adalah makhluk Alloh yang harus dihormati. Selayaknya kita memberinya makan dan minum ketika mereka lapar dan haus. Kemudian kita menyayangi dan berbelas kasih kepadanya. Rosululloh telah mengajarkan bahwa siapa yang tidak menyayangi, maka tidak akan disayangi (Muttafaq Alaih).
Alloh dan RosulNya sangat marah melihat tingkah laku seseorang yang menjadikan burung sebagai sasaran (Hadits Abu Daud,shohih) dan menyakiti induk binatang dengan menahan anaknya (Hadist Muslim). Karena mungkin diantara kita ada yang membuat induk tersebut bersedih, kesana kemari mencari anaknya yang sengaja kita tahan, sementara kita sok cuek dengan kesedihan induk tersebut. Semoga kita bukan termasuk orang yang tak berperasaan itu.
Saudaraku, ketika tiba waktu acara penyembelihan, biasanya orang-orang banyak lho yang melupakan adab ketika menyembelih. Alloh dan RosulNya menyuruh kita membunuh dan menyembelih dengan cara yang baik, bukan cara ngawur, yang penting mati. Jangan lupa, hewan-hewan yang hendak disembelih ditenangkan dulu dan tajamkan pisaunya (Hadits Muslim), biar sekali tebas langsung mati.
Tolong kasihani hewan-hewan Anda. Jangan melaparkannya dan memberinya muatan yang tak mampu dia angkut. Anda ingat, ada wanita yang masuk neraka karena kucing? Ia telah menahannya hingga mati. Akibatnya neraka tempatnya, karena kucing tersebut tertahan tanpa diberi makan dan tidak bisa makan serangga-serangga tanah (Hadits Bukhori). Iseng-iseng membakar sarang semut, karena para semut itu nakal, menggigit kaki kita, itu juga tidak boleh Saudara (Hadits Daud,shohih).
Tapi Islam itu adil. Benar-benar adil. Boleh membunuh hewan yang membahayakan, seperti anjing penggigit, serigala, ular, kalajengking, tikus, burung gagak, dll (Hadits Muslim). Atau dibolehkan memberi cap pada telinga hewan untuk kemaslahatan seperti untuk zakat, selain untuk unta, kambing, dan lembu maka tidak boleh. Hewan yang dimaksud tidak boleh dicap telinganya seperti keledai (Hadits Muslim).
Terakhir, jika hewan tersebut termasuk hewan yang harus dizakati, maka jangan lupakan hak Alloh, yakni mengeluarkan zakat hewan tersebut. Dan janganlah harta-harta kalian dan anak-anak kalian melalaikan dari mengingat Alloh (Al-Munafiqun:9). Maka janganlah gara-gara hewan-hewan peliharaan kita, membuat kita lupa taat dan berdizikir kepadaNya.
Nasihat Rosululloh untuk Anda, para pecinta hewan, khususnya kuda : “Kuda terbagi ke dalam tiga jenis, seseorang mendapatkan pahala (karenanya), seseorang mendapat pakaian (karenanya), dan seseorang mendapat dosa (karenanya). Adapun orang yang mendapat pahala karena kuda ialah orang yang mengikatnya di jalan Allah, dan memperpanjang talinya di tanah lapang, atau padang rumput. Maka apa saja yang terjadi pada kuda tersebut di tanah lapang atau padang rumput, maka orang tersebut mendapat kebaikan-kebaikan. Jika orang tersebut memutus talinya, kemudian kuda tersebut berjalan cepat satu langkah, atau dua langkah, maka jejak-jejaknya, kotoran-kotorannya adalah kebaikan-kebaikan baginya, serta kuda tersebut bagi orang tersebut adalah pahala. Orang satunya mengikatnya karena ingin memperkaya diri, namun ia tidak lupa hak Allah di leher, dan tulang punggung kudanya, maka kuda tersebut pakaian untuknya. Sedang orang satunya mengikatnya untuk sombong, riya’, dan permusuhan, maka kuda tersebut adalah dosa baginya.” (Hadits Bukhari).
Maka tidak rugi kita sebagai orang islam yang bersyariat Islam, syariat penuh rahmat dan kebaikan universal bagi seluruh makhluk manusia atau hewan.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar