Minggu, 12 Desember 2010

Nabi Harun A.S.


Harun bin Imran bin Qahits bin Lawi bin Yaakub bin Ishak bin Ibrahim ( Aaron ) adalah sauadara seibu dengan Nabi Musa. Nabi Musa dan Nabi Harun memiliki ibu yang sama, yaitu Yukabad. Nabi Harun dilahirkan tiga tahun sebelum Nabi Musa.

Nabi Harun diutus untuk membantu Nabi Musa dalam memimpin Bani Israil ke jalan yang benar. Ia fasih berbicara dan mempunyai pendirian tetap. Nabi Harun diutus untuk membantu Nabi Musa dalam menyampaikan dakwah kepada Firaun, Hamman dan Qarun. Dalam  berbicara, Nabi Harun lebih mampu daripada Nabi Musa AS. Hal ini bahkan diakui sendiri oleh Nabi Musa saat Nabi Musa di perintah Allah untuk kembali ke mesir dalam rangka menghadapi Fir’aun.
Hal ini dituliskan dalam Al - Qasas : 34 - 35

Dan saudaraku Harun dia lebih fasih lidahnya daripadaku, maka utuslah dia bersamaku sebagai pembantuku untuk membenarkan (perkataan) ku; sesungguhnya aku khawatir mereka akan mendustakanku”.
Allah berfirman: “Kami akan membantumu dengan saudaramu, dan Kami berikan kepadamu berdua kekuasaan yang besar, maka mereka tidak dapat mencapaimu; (berangkatlah kamu berdua) dengan membawa mukjizat Kami, kamu berdua dan orang yang mengikuti kamulah yang menang”.
Setelah persoalan dengan Fir’aun selesai, Nabi Musa AS memohon untuk diberikan kitab suci sebagai pedoman. Allah SWT lalu  memerintahkan Nabi Musa AS untuk berpuasa selama 30 hari dan pergi berkhalwat ke Bukit Thur Al-Aiman atau Thursina. Sebelum  pergi, Nabi Musa meminta Nabi Harun untuk menjadi wakilnya dalam mengurus kaumnya.
Sepeninggal Nabi Musa AS, Bani Israil dihasut oleh seorang munafik bernama Samiri. Karena keyakinan tauhid mereka yang memang belum terlalu tebal, dengan mudah mereka termakan hasutan Samiri. Bani Israil membuat patung anak sapi yang disembah sebagai tuhan mereka.
Nabi Musa terlambat kembali ke mereka karena harus mengadakan Ibadah tambahan 10 hari lagi. Samiri mengatakan kepada Bani Israil bahwa keterlambatan Nabi Musa ini disebabkan karena Bani Israil telah membuat marah Tuhan dengan mengambil perhiasan-perhiasan dari kuburan orang-orang Mesir. Maka untuk meminta ampun kepada Tuhan dan agar Nabi Musa mau kembali pada mereka, mereka harus melemparkan perhiasan-perhiasan tersebut ke dalam api.
Mereka pun percaya dengan hasutan Samiri. Para wanita-wanita Bani Israil lalu melemparkan perhiasan-perhiasan emas mereka ke dalam api. Dari emas yang terkumpul itu Samiri lalu membuat patung anak sapi. Dengan teknik khusus, ia membuat angin bisa masuk dan menimbulkan suara dari mulut patung itu sehingga seolah-olah patung itu dapat berbicara. Kemudian Samiri menyuruh Bani Israil untuk menyembahnya.
Nabi Harun mencoba mengingatkan mereka bahwa kelakuan mereka itu adalah dosa besar, namun semua nasihat Nabi Harun tidak dipedulikan oleh bani Israil. Nabi Harun AS tidak berdaya menghadapi  kaumnya yang kembali murtad itu karena mereka menganggap Nabi Harun itu lemah. Bahkan mereka hampir-hampir saja membunuh Nabi Harun A.S.
Ketika Nabi Musa kembali, melihat kaumnya kembali murtad, Nabi Musa marah kepada Nabi Harun yang dianggapnya tidak bisa menjaga kaumnya dengan baik, namun setelah mendengar penjelasan dari Nabi Harun AS, Nabi Musa pun tenang kembali. Nabi Musa kemudian mengusir Samiri dan menjelaskan pada kaumnya tentang perbuatan mereka yang salah. Sebagai  hukuman, Samiri diberi kutukan oleh Allah, jika ia disentuh atau menyentuh manusia, maka  badannya akan menjadi panas demam. Itulah azab Samiri di dunia, seumur hidupnya ia tidak bisa berhubungan dengan siapa pun.
Hal ini diceritakan dalam QS Al-A’râf: 150
Dan tatkala Musa telah kembali kepada kaumnya dengan marah dan sedih hati berkatalah dia: “Alangkah buruknya perbuatan yang kamu kerjakan sesudah kepergianku! Apakah kamu hendak mendahului janji Tuhanmu?” Dan Musa pun melemparkan luh-luh (Taurat) itu dan memegang (rambut) kepala saudaranya (Harun) sambil menariknya ke arahnya. Harun berkata: “Hai anak ibuku, sesungguhnya kaum ini telah menganggapku lemah dan hampir-hampir mereka membunuhku, sebab itu janganlah kamu menjadikan musuh-musuh gembira melihatku, dan janganlah kamu masukkan aku ke dalam golongan orang-orang yang lalim”.
Nabi Harun hidup selama 122 tahun. Beliau wafat 11 bulan sebelum kematian Nabi Musa, di daerah  al Tiih, yaitu daerah sebelum Bani Israil memasuki Palestina.
Sesudah Nabi Harun dan Nabi Musa wafat, kaum Bani Israil dipimpin oleh Nabi Yusya’ bin Nun, yang memang telah ditunjuk oleh Nabi Musa untuk menggantikan beliau sesaat sebelum kewafatannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar